Aku sering dengar/melihat orang yang menggambarkan dirinya bebas. Salah satu statement yang sering kudengar dari orang-orang kayak mereka adalah “Kenapa lo yang ribet? Suka-suka gue mau dandan kayak apa“, “Gue nggak suka dandan karena gue berbeda dari yang lain“, “Gue mau orang mencintai gue karena kepribadian gue“, atau “Ogah ah, begitu.. Gue nggak kayak orang kebanyakan”. Jujur, saya nggak suka ngeliat orang yang senang mengeluarkan statement itu. Well, bukan secara general.. saya nggak suka kalau orang yang mengatakan statement tersebut adalah orang-orang yang.. apa bahasanya? Yang berantakan? Yang urakan? Yang merasa dandan rapi, bersih, wangi dianggap sebagai usaha keras untuk diterima di lingkungan sosial? Yaa, gitu lah pokoknya.

Kalau aku melihat orang yang berantakan di lingkungan sosial dan mendengar statement semacam itu dari mereka, tanpa sadar aku kehilangan respect terhadap mereka. Kenapa? Karena aku juga nggak merasa dihargai oleh orang tersebut. Apa namanya kalau bukan ‘nggak menghargai‘? Gimana perasaan kalian kalau kalian melihat orang yang datang ke sebuah tempat umum dengan dandanan yang urakan? Rambut berantakan/berminyak, muka lusuh/kotor, baju lusuh kayak nggak pernah dicuci, dan semacamnya?

.

Tiga hal yang selalu kuperhatikan ketika mau pergi: rapi, bersih, dan wangi. Aku nggak masalah pakai celana jeans robek dengan kaos butut. Tapi yang penting, dandananku harus terlihat rapi dan bersih. Kalau memang kedua stelan itu membuatku terlihat berantakan dan kotor, aku nggak akan memakainya.

Bagiku, orang-orang yang nggak pernah berusaha untuk terlihat rapi, bersih, dan wangi ketika tampil di depan umum adalah orang yang nggak peduli dengan orang lain. Iya kan? Orang-orang yang kayak gitu mana peduli kalau orang lain sakit mata melihat penampilannya yang kotor dan berantakan? Orang-orang kayak gitu mana peduli kalau orang lain kehilangan kemampuan mencium-nya karena aroma tubuhnya yang nggak sedap?

Orang yang berdandan rapi, bersih, dan wangi kuanggap sebagai orang yang menghargai dan peduli dengan orang lain. Mereka berpakaian rapi seolah mereka akan bertemu dengan atasan, bersih dan wangi seolah mau ketemu pacarnya. Aku akan sangat menghargai orang yang seperti itu.

Memang, ada pepatah yang mengatakan ‘jangan menilai buku dari sampulnya‘. Tapi, mau bagaimana pun, mau nggak mau, pasti kita akan melihat penampilan orang lain sebelum mengenal kepribadiannya kan? Karena yang pertama kita temui adalah sampulnya. Kalau dari sampulnya aja udah nggak menarik, lusuh, kotor, berantakan, tanpa sadar kita juga akan berpikir kalau isinya berantakan.

Pernyataan yang paling absurd itu ya, “Gue mau orang mencintai gue karena kepribadian gue“. Kayak yang udah kubilang, orang yang nggak berdandan rapi, bersih, dan wangi adalah orang yang nggak peduli dengan sekitarnya. Siapa yang mau mencintai orang yang nggak peduli dengan sekitarnya? Jangankan mengenal pribadinya, kenal namanya aja udah ogah.

.

Bagiku, dandanan itu adalah identitas yang menggambarkan kepribadianku. Jadi, aku selalu hati-hati dalam mencari pakaian, khususnya pas mau ketemu orang baru atau ke acara-acara undangan. Memang ini nggak cowok banget, tapi kalau aku mau ketemu sama orang baru, aku bisa berjam-jam nyari baju yang menurutku pantas dipakai untuk ketemu orang baru. Selain aku harus terlihat rapi-bersih-wangi, aku juga harus menyesuaikan diri dengan dress code. Nggak asik kan kalau saltum?

Orang bilang, ini tabiat metroseksual. Aku bilang, ini tabiat orang yang menghargai orang lain. Karena ketika aku berjam-jam mencari baju, yang kupikirkan adalah bagaimana perasaan orang baru itu ketika melihatku. Kalau aku overdress, nanti dia merasa terintimidasi/merasa saltum. Kalau aku terlalu careless, nanti mereka merasa dilecehkan.

Selain karena memikirkan perasaan orang lain, aku juga memperhitungkan penilaian mereka terhadapku. Ya, memang aku ingin dinilai bagus oleh orang lain. Dan menurutku, ini nggak salah. Aku nggak mau orang lain melecehkanku atau menganggapku nggak penting ketika bertemu untuk kedua kalinya. Aku juga nggak mau menciptakan jarak antara aku dan kenalan baruku karena aku overdress. Jadi, semuanya harus seimbang.

.

Tips berpakaian:

1. Kalau kulit kalian cokelat tua/sawo matang/hitam, jangan beli baju yang warnanya lusuh. Mau semahal apapun barang itu, kalau wanranya lusuh dan dipadukan dengan kulit kalian yang gelap, maka akan tetap terlihat lusuh. Kalian nggak bisa menyalahkan orang yang menilai kalian lusuh, karena mindset orang secara general udah seperti itu. Kalau mau yang mindsetnya beda, silakan cari lingkungan hidup di ujung dunia sana.

2. Ikuti dress code yang berlaku. Kalau pergi ke mall, jangan pakai pakaian formal kayak suit atau gaun, dan jangan pula pakai piyama. Pakailah baju-baju yang kasual. Atau kalau ke undangan pernikahan, minimal kalian pakai baju semi-formal. Pernikahan adalah special event bagi pelaksananya. Jadi, coba hargai mereka dengan berpakaian yang jauh lebih rapi dari biasanya.

3. Ikuti 3 rules dalam berpakaian: rapi, bersih, wangi. Walau kalian sudah dandan rapi dan bersih, tetap nggak ada yang mau mendekati orang dengan bau badan. Selain bau badan, penting juga bagi seseorang untuk menggunakan parfum yang sesuai dengan aroma dasar tubuhnya. Setiap orang mengonsumsi makanan yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan aroma tubuh yang berbeda-beda pula. Nggak semua parfum wangi itu cocok dipakai untuk semua orang. Jadi, ya.. pinter-pinter milih parfum.

4. Jangan overdress. Orang yang overdress itu antara dua: salah kostum dan try too hard to look good. Untung-untung nggak dikatain norak.

5. Ikuti peraturan ‘polos + polos’ dan ‘polos + motif’. Kalau mau pergi ke tempat umum, jangan lupa untuk memadu-madankan pakaian. Jangan motif ketemu motif. Kalau motifnya sama, jatohnya jadi kayak piyama. Kalau motifnya beda, jadinya tabrakan.

6. Ikuti peraturan ‘3 colors top’. Ini adalah satu hal yang kadang terlupakan oleh banyak orang yang senang bereksperimen. Kadang ada orang yang nggak menyadari kalau outfit yang mereka pakai mengandung lebih dari 3 warna. Peraturan ‘3 colors top’ ini maksudnya adalah memakai outfit yang maksimal mengandung 3 warna. Yang paling sakral adalah cewek karena mereka pakai banyak aksesoris. Sebisa mungkin, pakailah outfit yang warnanya senada atau warna yang saling berpasangan, kayak cokelat muda-cokelat-cokelat tua. Atau biru muda-biru tua-kuning muda-kuning tua.

.

Kalau merasa pola pikirku yang seperti ini salah karena dianggap ingin diterima orang banyak, ingatlah satu pepatah: “When you’re in Rome, do what Romans do“. Karena, iya, saya ingin diterima orang banyak. Siapa yang senang ditolak?

Ciao!

Leave a comment