Pernah nggak kalian mengalami siklus aneh tentang perubahan status pertemanan kalian? Dari orang asing berubah menjadi kenalan, lalu kalian mengalami kecocokan jadwal yang membuat kalian menjadi teman. Setelah berbicara, kalian menemukan kecocokan interest sehingga hubungan itu berubah menjadi teman dekat atau sahabat. Lalu kalian dipisahkan kondisi, sehingga kalian kembali berubah menjadi sekedar teman. Hingga akhirnya jarak dan waktu memisahkan kalian dan status kalian kembali menjadi orang asing.

photo 57

Kurasa siklus ini umum dialami oleh banyak orang. Terkadang, kita baru menyadari kalau kita nggak lagi dekat dengan teman dekat atau sahabat kita setelah status itu berubah menjadi ‘orang asing’. Sudah terlambat untuk menyadarinya. Saat kita menyadarinya, mereka sudah bersama teman mereka yang baru dan begitupun kita. Yang tersisa di antara kalian hanyalah nama dan kenangan.

Beberapa waktu yang lalu, aku ditanya dua orang tentang hal ini, soal teman lama dan teman baru. Keduanya merasa bersalah karena mereka merasa melupakan yang lama karena sudah menemukan yang baru. Keduanya merasa sudah membuang yang lama sehingga merasa telah menyakiti yang lama. Mereka tanya pendapatku soal itu.. dan aku nggak sependapat dengan mereka.

Siklus pertemanan seperti ini sangat umum dan bukan salah siapa-siapa. Bukan salah dia yang memiliki teman baru, bukan salah dia yang ditinggal, dan bukan salah mereka yang tak lagi berkomunikasi. Merasa ditinggal itu wajar, yang nggak wajar itu menyalahkan dia yang sudah memiliki teman baru.

Manusia itu makhluk sosial dan makhluk yang selalu bergerak. Manusia pasti akan mengalami perubahan; entah itu perubahan fisik ataupun perubahan mental. Perubahan ini dipengaruhi oleh dimensi keempat; ruang dan waktu. Mereka bisa berubah karena lingkungan dan bisa pula berubah karena waktu.

.

“Salahkah gue kalo punya temen/sahabat baru? Dan apakah itu artinya gue meninggalkan temen lama gue?”

Nggak, kok. Punya teman baru menandakan kalian berkembang. Punya teman baru menandakan kalian bertemu dengan orang yang sejenis dengan kalian dan yang memiliki ketertarikan yang sama. Kalau aku mengartikan ‘memiliki teman baru’ sebagai ‘kenaikan level’. Kalau aku bisa menambah teman, artinya aku naik level (asumsikan lingkungan pertemanannya sehat). Aku bisa naik level karena apa? Karena aku berkembang, tambah kuat, dan memiliki kualifikasi yang memadai untuk beranjak ke level berikutnya.

Asumsikan saja kita sedang mengembara dalam hidup ini. Kita memiliki tujuan dan kita berjalan menuju tujuan dengan kecepatan dan bekal tertentu. Ketika sedang melakukan perjalanan, kita akan bertemu orang-orang yang juga sedang mengembara seperti kita; dengan tujuan, kecepatan, dan bekal masing-masing. Sebagian orang itu mungkin memiliki tujuan yang sama dengan kita, kecepatan yang sama dengan kita, atau bekal yang kita butuhkan. Oleh karena itu, kalian memutuskan untuk melakukan perjalanan bersama. Sehingga, hubungan kalian berubah menjadi ‘teman’.

Seiring berjalannya waktu, kalian bertemu dengan orang-orang baru yang memiliki tujuan dan kecepatan yang sama, serta bekal yang juga kalian butuhkan. Maka kalianpun akan mengajak mereka untuk bergabung dan melakukan perjalanan bersama. Di saat inilah kalian mendapatkan ‘teman baru’.

Di tengah perjalanan, sesuatu berubah pada kalian. Entah itu tujuan kalian, kecepatan kalian, ataupun bekal kalian. Terkadang, di tengah jalan tujuan kalian masing-masing berubah. Terkadang, kalian atau teman kalian menambah kecepatannya sehingga salah satu dari kalian tak lagi bisa jalan berdampingan. Terkadang, bekal salah satu dari kalian bertambah dan kalian tak lagi merasa hubungan kalian sebagai ‘simbiosis mutualisme’. Di saat inilah kalian memutuskan untuk berjalan dalam jalan yang terpisah, berjalan dalam jarak yang semakin renggang karena kecepatan, dan pergi mencari pasangan ‘simbiosis mutualisme’ yang baru. Di saat inilah, kalian akan bertemu dengan teman yang baru dan tak lagi bersama teman lama.

.

Sebenarnya yang membuat kalian terpisah bukan hanya konflik, tetapi juga ruang dan waktu. Pengalaman membuat tujuan, kecepatan bergerak, dan bekal kalian berubah. Sehingga, mau nggak mau kalian juga harus berganti partner dalam melakukan perjalanan. Perbedaan kecepatan membuat teman lama kalian merasa ditinggal, perbedaan kebutuhan bekal membuat teman lama kalian merasa dilupakan, dan perbedaan tujuan membuat kalian tak lagi berkomunikasi.

Akupun juga mengalami hal yang sama. Aku punya teman baru, teman lama, dan teman yang terlupakan. Aku berusaha keep in touch, tapi cara komunikasi kami sudah berbeda.. jadi ujung-ujungnya kami semakin merasa asing dan justru berhenti berkomunikasi. Sebelumnya, aku juga mempertanyakan hal yang sama, “Dosakah aku untuk memiliki teman baru?“, dan jawabannya ‘nggak’. Nggak ada yang salah dari memiliki teman baru.

Aku menyadari jawabannya sekitar setahun yang lalu ketika aku melepas banyak teman-teman lama. Aku mendapatkan teman-teman baru yang kurasa lebih nyaman untuk berbagi perjalanan sebagai gantinya. Di saat itulah aku merasa kalau jalan dan kecepatan yang kutempuh dengan teman-teman lamaku sangatlah berbeda. Entah siapa yang lebih cepat, entah siapa yang keluar dari jalan yang sebelumnya.. yang jelas, dunia kami sekarang berbeda. Mungkin, kalau perbedaan antara dunia kami nggak terlalu berbeda, aku masih bisa keep in touch. Sayangnya, dunia kami sudah bertolak belakang.

Yang kurasakan nggak lebih dari: “Berjalan dengan yang baru membuatku lebih cepat sampai di tujuan“, “Berjalan dengan yang baru membuatku semakin berkembang“, “Berjalan dengan yang baru membuat perjalananku lebih menyenangkan“. Perbedaan yang kurasakan hanya tiga; tujuan, kecepatan, dan bekal yang kami bawa.

Di awal perubahan siklus, aku masih sering menoleh ke belakang.. masih ada rasa berdosa dan perasaan bersalah karena sudah meninggalkan dan pindah jalur. Tapi, lama-kelamaan, aku juga menyadari kalau mereka pun pasti menemukan apa yang kutemukan.. teman baru.

.

Ciao!

4 thoughts on “Teman Lama – Teman Baru

  1. Sama bang, :’), aku ini baru duduk di bangku sma, dan sama sahabat2ku yg di smp kami terpisah, lalu aku punya sahabat baru yg lama2 kami makin akrab. Entah kenapa, teman2 aku yg smp itu cemburu kayaknya :(, mereka terus ngefek aku kalo aku orangnya ga sadar diri,dari cara bicara mereka, sama chat an di grub semuanya nyindir aku, sampe kalo jalan gak pernah ngajakin bareng lagi :(, tapi aku masih kok, sapa2 sama mereka :(, tapi mereka cuek, gue ngerasa bersalah banget 😦

    Liked by 1 person

    1. Wkwkwkwk, that’s life, dek. Sometimes you’ll grow apart and your friends dont even know why. Ada yang terima karena mereka merasakan hal yang sama, ada yang nggak terima karena merasa ditinggal. Bagaimanapun itu, manusia berubah, berkembang sesuai dengan apa yang dialami, dan jelas kita beralih ke teman baru karena kita nggak lagi satu frekuensi dengan mereka. *malah jadi mellow*

      Like

Leave a comment